Mbah Marijan Setia sampai Mati

MBAH Marijan bukan siapa-siapa, tetapi, kakek berusia 83 tahun itu memperoleh perhatian khusus di antara puluhan korban Merapi yang dikuburkan kemarin. Isak tangis ribuan orang mengiringinya ke liang lahat.

Publik menghormati Mbah Marijan karena dia adalah contoh paripurna tentang ketaatan pada perintah sampai mati. Mayatnya yang ditemukan dalam posisi sujud menjelaskan sebuah rasionalitas lain yang dipuja sampai akhir hayat tanpa kompromi.

Modernitas tidak selamanya sanggup menjelaskan apa yang dilakoni dengan totalitas oleh seorang Mbah Marijan.

Dalam soal nilai kesetiaan dan tanggung jawab, rasionalitas sering gagal menerjemahkan batas di antara keduanya. Postulat modern menyebutkan kesetiaan dan tanggung jawab memiliki dosis, ada ambang batas.

Di atas takaran itu, modernitas menganggap kesetiaan sebangun dengan kekonyolan. Orang yang mempertaruhkan nyawa demi tanggung jawab dan kesetiaan diartikan sebagai ketololan.


Oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Mbah Marijan ditunjuk sebagai juru kunci Merapi.

Dia memperoleh gelar Abdi Dalem Juru Kunci Redi Merapi Mas Panewu Surakso Hargo karena tugasnya itu. Itulah tugas keramat yang dibela sampai mati.

Ia menolak mengungsi karena bagi Mbah Marijan yang sudah diberi amanah menjadi juru kunci, mengungsi sama dengan desersi. Ia memilih mati ketimbang lari.

Bagi Mbah Marijan, mati demi menunaikan tanggung jawab lebih terhormat ketimbang hidup, tapi berkhianat. Ia memegang prinsip mergo wis saguh, yo kudu lungguh sing kukuh, ora mingkuh (karena sudah sanggup, harus teguh dan tidak beringsut).

Sebuah potret sejati seorang pemegang amanat, yang sulit dicari tandingannya dari para pemangku amanat di negeri ini. Itulah nilai-nilai yang sejatinya pernah hidup dalam diri para pejuang di negeri ini, tapi sekarang terkubur oleh kenaifan kepentingan sempit.
Banyak pejabat di negeri ini yang kini tidak lebih sekadar pemburu kekuasaan dan pemburu rente demi kenikmatan sesaat. Syahwat politik dan uang berjalin berkelindan mengalahkan kewarasan, menggulung akal sehat.

Tidak banyak lagi pengabdian, nyaris nihil tanggung jawab. Mereka hanya mau nangkanya, tapi ogah terkena getahnya. Ramai-ramai mengakui jika ada keberhasilan, tetapi buang badan ketika muncul persoalan.

Karena itu, kita angkat topi setinggi-tingginya untuk kesetiaan sampai akhir tanpa pamrih dari seorang yang langka, Mbah Marijan. Seorang Surakso Hargo yang berarti ‘orang yang memiliki kelebihan menjaga gunung’. Seorang yang setia dalam kerja sunyi menjaga gunung selama 28 tahun.

Selamat jalan Mbah Marijan. Hormat kami untukmu!

Editorial MI, 29 Oktober 2010

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

Wajib Baca Artikel Ini:
10 Aktivitas Keluarga Yang Seru untuk Edukasi Anak yang Menyenangkan

10 Aktivitas Keluarga Yang Seru untuk Edukasi Anak yang Menyenangkan

Mengatasi Rasa Malas dengan Efektif: Tips Ampuh untuk Hidup Lebih Produktif

Mengatasi Rasa Malas dengan Efektif: Tips Ampuh untuk Hidup Lebih Produktif

Penting: Manfaat dan Cara Meningkatkan Kualitas Tidur

Penting: Manfaat dan Cara Meningkatkan Kualitas Tidur

Kuasai Panduan SEO E-commerce dan Raup Keuntungan!

Kuasai Panduan SEO E-commerce dan Raup Keuntungan!

Kabar Duka, Lisa Rumbewas Meninggal Dunia

Kabar Duka, Lisa Rumbewas Meninggal Dunia

Manfaat Kecerdasan Buatan AI dalam Era Digital

Manfaat Kecerdasan Buatan AI dalam Era Digital

Tips Menggunakan Backlink Berkualitas di Blog

Tips Menggunakan Backlink Berkualitas di Blog

Tips Memilih Jasa SEO Murah Dan Berkualitas

Tips Memilih Jasa SEO Murah Dan Berkualitas

Manfaat SEO Untuk Website Yang Menguntungkan

Manfaat SEO Untuk Website Yang Menguntungkan