Hati-hati buat yang sering berbohong. Sekarang saya mo sedikit mengupas “si berbohong” ini. Yang katanya kalau orang
gila mabok tuh tukang bo’ong. Laahh… bukannya anggota DPR yang pada ketangkep ama KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) itu, pada tukang bo’ong, padahal mereka bukan tukang mabok loo..
Orang yang menghadapi perilaku aneh berpikir bahwa orang tersebut berbohong. Mereka melihat kebenarannya diselewengkan oleh seseorang yang dalam pandangannya jelas-jelas mengetahui kebenarannya dan oleh karena itu seharusnya bertanggung jawab akan hal tersebut. Suami seorang alkoholik, menumpahkan frustrasinya pada seorang konselor, berkata, “Saya tahu itu terjadi, tapi dia bilang itu tidak terjadi.” Lalu setelah diam, “Saya tidak tahu, mungkin tidak terjadi. Saya pikir saya sudah gila!” orang ini mulai meragukan ingatannya sendiri dan bahkan kewarasannya. Mengapa? Karena dia yakin dia hidup dengan seseorang yang tahu dia berbohong padanya tapi terus melakukannya.
Apakah orang yang ketergantungan secara kimiawi adalah pembohong? Mereka yang menyaksikan jenis perilaku ini akan dengan pasti berpikir demikian. Berbohong adalah usaha sadar, sengaja untuk menyangkal atau mengaburkan kebenaran oleh seseorang yang benar-benar menyadari kebenaran tersebut. Tapi situasinya agak berbeda ketika seorang pecandu menekankan pada apa yang jelas-jelas tidak benar.
Contohnya, seorang pecandu yang menyatakan dirinya hanya minum dua gelas semalam padahal benar-benar mabuk, telungkup di meja, dan memecahkan sebuah lampu. Melainkan, dia secara tulus meyakini bahwa dia benar-benar dapat mengendalikan diri, bahwa dia adalah nyawanya pesta, dan bahwa istrinya hanyalah selimut basah. Bagaimana bisa demikian?
Jawabannya terletak pada sifat dasar ketergantungan kimiawi dan pada caranya merayapi korbannya.
Apabila sobat ingin membaca kembali tentang perilaku dan nilai-nilai pecandu. Silahkan baca disini