Memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) hari ini, beberapa aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) penanggulangan AIDS di Bali menyerukan agar Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) tidak terus dijadikan objek. Mereka ingin agar ODHA lebih dilibatkan dalam penanggulangan AIDS di Bali.
Wahyu, mantan IDU yang juga aktivis Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba) tersebut memberi contoh penyusunan Peraturan Daerah (Perda) tentang HIV dan AIDS. “ODHA hanya diajak untuk tanda tangan untuk setuju tapi tidak dilibatkan ketika penyusunan,” katanya.
Demikian pula dalam penanggulangan AIDS oleh LSM. Wahyu mengatakan bahwa
ODHA hanya semata menjadi angka dalam program penanggulangan AIDS. “Makanya tiap kali pertemuan koordinasi antara LSM, KPA (Komisi Penanggulangan AIDS), dan lembaga donor, mereka hanya menanyakan soal pertambahan angka. Parahnya lagi LSM-LSM itu terlihat sangat bangga dengan penambahan jumlah klien,”ujar Wahyu.
“Eksploitasi ODHA bukan hanya dilakukan oleh KPA tapi LSM juga,” tambahnya.
Yusuf Rey Noldy, Petugas Pendamping di Yayasan Hatihati mengatakan hal tak jauh berbeda. Menurut Noldy, pemberdayaan ODHA oleh LSM di Bali belum jelas arahnya. Dia mencontohkan adanya pendampingan lewat Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) yang sampai saat ini lebih bersifat untuk membagi perasaan ODHA sebagai orang yang patut dikasihani.
“Kami hanya datang, duduk, lalu nangis bersama setelah saling berbagi perasaan. Yang lebih penting kan setelah itu lalu apa,” kata Noldy.
“Sampai saat ini KDS-KDS yang ada hanya menekankan pada jumlah ODHA. Jadi yang datang adalah orang yang akan mengakui statusnya sebagai ODHA sehingga satu sama lain bisa meringankan beban,” tambahnya.
Benar boss,.. kadang orang bertingkah nggak adil seperti itu,..
mbok ya dirapiin tuh tulisannya. agak berantakan soale. 🙂
btw, kok pake platform blogspot sih. jd agak ribet pas mau komen. 🙂
tulisan ini ada baiknya di-post di aids ina & napza indo, biar diskusi di sana jadi dinamis… (patri)
horeeeeeeeeeeeeeeee saya nomor empattttttttttttt hohohoho 😀 😛
waaaw setuju tucukhhhhh… kujungan pertamaniii, salam kenal bos…
nice post bang…setuju
setubuh, jadi objek penderita itu memang ga menyenangkan cmiiw
Tak kirain kata KDS tadi tuh inisial namaku. eh,ndak tahunya singkatan dari Kelompok Dukungan Sebaya tho,hi,..hi..malu gw..
kunjungan pertama, salam kenal 🙂
Nie mah obyek mencari nafkah di atas penderitaan…
Bukankah ini sudah menjadi rahasia umum di dunia HIV dan praktek ini memang di langengkan untuk keberlangsungan program. dan 'mungkin' ada pendapat bagi orang yang mempunyai orientasi tertentu ini sebagai hal yang halal 🙁
"Malah" yang coba saya sikapi adalah data estimasi -Orang Dengan HIV- kenapa selalu fantastis datanya, secara sempit saya mempunyai pandangan bahwa hal tersebut mengindikasikan bahwa daerah tersebut perlu dana penanggulangan HIV(besar), nah ini juga perlu di cermati…
apakah ini di pergunakan untuk menarik investor (donor) atau menarik respon kepedulian para pemimpin (dengan menakut2i data di daerahnya)
Karena rumus data estimasi variabelnya yang njlimet (ribet) berdampak pada data nasional;regional;lokal tidak sama…
Apakah ini di permainkan untuk kepentingan tertentu, mari kita sikapi!!
setubuh, jadi objek penderita itu memang ga menyenangkan cmiiw
nice post bang…setuju