Please wait..

Mbah Marijan Setia sampai Mati

banirisset

Advertisements
Advertisements

Ia menolak mengungsi karena bagi Mbah Marijan yang sudah diberi amanah menjadi juru kunci, mengungsi sama dengan desersi. Ia memilih mati ketimbang lari.

Bagi Mbah Marijan, mati demi menunaikan tanggung jawab lebih terhormat ketimbang hidup, tapi berkhianat. Ia memegang prinsip mergo wis saguh, yo kudu lungguh sing kukuh, ora mingkuh (karena sudah sanggup, harus teguh dan tidak beringsut).

Advertisements
Loading...

Sebuah potret sejati seorang pemegang amanat, yang sulit dicari tandingannya dari para pemangku amanat di negeri ini. Itulah nilai-nilai yang sejatinya pernah hidup dalam diri para pejuang di negeri ini, tapi sekarang terkubur oleh kenaifan kepentingan sempit.
Banyak pejabat di negeri ini yang kini tidak lebih sekadar pemburu kekuasaan dan pemburu rente demi kenikmatan sesaat. Syahwat politik dan uang berjalin berkelindan mengalahkan kewarasan, menggulung akal sehat.

Tidak banyak lagi pengabdian, nyaris nihil tanggung jawab. Mereka hanya mau nangkanya, tapi ogah terkena getahnya. Ramai-ramai mengakui jika ada keberhasilan, tetapi buang badan ketika muncul persoalan.

Advertisements
Loading...

Karena itu, kita angkat topi setinggi-tingginya untuk kesetiaan sampai akhir tanpa pamrih dari seorang yang langka, Mbah Marijan. Seorang Surakso Hargo yang berarti ‘orang yang memiliki kelebihan menjaga gunung’. Seorang yang setia dalam kerja sunyi menjaga gunung selama 28 tahun.

Selamat jalan Mbah Marijan. Hormat kami untukmu!

Advertisements
Loading...

Editorial MI, 29 Oktober 2010

Advertisements
Loading...

Also Read

Bagikan:

Tags

Leave a Comment


For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.